1. Kenali diri Anda, baik fisik maupun kejiwaanIni agak
filosofis, memang, tetapi sebenarnya justru di sini letak kunci
segalanya. Dengan mengenali diri sendiri, kita dapat mengetahui
kelemahan fisik tubuh kita, lalu dapat memutuskan apa yang baik dan
boleh dilakukan bagi tubuh, dan apa yang tidak. Orang yang tanpa
disadari telah keenakan menyantap makanan yang asin secara berlebihan,
misalnya, lama-kelamaan merasakan tubuhnya berubah, seperti cepat
merasa pusing, berkurang keseimbangan tubuhnya, dan sering merasakan
aneka gejala tidak enak badan. Setelah memeriksakan badan ke dokter,
baru diketahui tubuhnya mulai mengidap “penyakit” tekanan darah tinggi.
Kalau sejak itu ia berusaha sungguh-sungguh untuk mengurangi makanan
asin dan berlemak, sambil melakukan olahraga ringan secara teratur,
maka “penyakit”-nya tidak mudah kumat, dan ia tidak perlu sering pergi
ke dokter lagi.
Bila Anda mempunyai keluhan seperti itu, seyogianyalah mencontoh
orang yang mengenal kelemahan dirinya sendiri itu. Begitu juga orang
yang mudah marah dan sukar mengendalikan diri karena tidak mengenal
kekurangan dirinya sendiri. Setelah mengenal kelemahannya, dan mau
memperbaiki kebiasaannya yang merugikan, lama-lama ia mahir menjaga
agar tidak mudah terpancing emosinya. Itu berkat ia berusaha mengenal
dirinya sendiri juga.
2. Tidak terburu-buru merasa sakit
Hanya karena bersin, batuk, atau agak demam, orang telah memutuskan
untuk minum obat. Padahal acap kali setelah dibiarkan tiga hari, gejala
sakit itu hilang sendiri. Tubuh memang mempunyai kemampuan untuk
menyembuhkan sendiri. Hanya dengan beristirahat cukup, gejala sakit itu
sudah hilang sendiri. Gejala pusing kadang bahkan dapat hilang hanya
karena menghirup udara segar di taman yang tidak tercemar udara
knalpot.
Gejala batuk dan bersin memang merupakan tanda serius juga, bahwa
tubuh sedang berusaha mengeluarkan kuman penyakit dari saluran
pernapasan. Demam berkeringat merupakan tanda tubuh sedang melawan
serangan kuman. Kalau gejala itu berlangsung selama tiga hari, karena
beratnya serangan, ya apa boleh buat, kita ke dokter untuk konsultasi
medis.
3. Mengusahakan variasi makanan sehari-hari
Melakukan variasi santapan, berangkat dari asumsi bahwa ada bahan
makanan tertentu yang lebih bermanfaat daripada jenis makanan biasa
sehari-hari. Kalau ini kita pakai sebagai selingan bagi jenis makanan
sehari-hari, maka kedua kelompok bahan itu dapat saling melengkapi.
Bila kita terbiasa makan daging ayam dan sapi, sebaiknya mengubah
kebiasaan itu, dan sekali-sekali makan ikan segar, tempe, dan tahu
sebagai selingan. Bahan ini mempunyai kadar lemak tak jenuh yang
banyak, dan berpotensi mengurangi risiko tekanan darah tinggi.
Sebaliknya, kalau kita terbiasa makan ikan, tempe, dan tahu telur saja
sehari-hari, pada suatu kesempatan makan santapan istimewa pada kondangan
temanten, atau arisan keluarga besar, ambil saja daging ayam atau
sapi. Protein daging hewan berperan mempertahankan laju pertumbuhan
tubuh dan mengganti sel-sel jaringan yang rusak.
Begitu juga dengan sayuran. Kalau hari demi hari kita makan sayur
mayur hijau, karena beranggapan bahwa yang serba hijau itu pasti bagus,
sesekali perlu variasi menyantap sayuran dan buah-buahan tidak hijau,
seperti tomat, wortel, jagung muda, paprika merah (sebagai sayur),
pisang, mangga, apel, jeruk (sebagai pencuci mulut).
4. Menyesuaikan konsumsi dengan tingkatan umur
Jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh berbeda-beda bergantung pada
umur, jenis kegiatan, dan kondisi tubuh (dalam keadaan sakit atau
sehat). Pada anak-anak dan remaja yang sedang giat-giatnya tumbuh,
kelima unsur dalam makanan (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
mineral, serta air) sangat diperlukan, sehingga tidak perlu dibatasi.
Sebaliknya, pada orang dewasa dan lanjut usia, pembatasan itu mutlak
perlu. Karbohidrat dan lemak sebagai penghasil energi harus dikurangi
jumlahnya, mengingat kegiatan fisik mereka sudah menurun. Cara
mengurangi karbohidrat dan lemak ialah dengan mengurangi porsi nasi
dan goreng-gorengan. Sebaliknya, vitamin dan mineral serta air justru
harus dimakan dengan cukup. Zat-zat ini sangat perlu untuk memperlancar
metabolisme dalam tubuh, dan meningkatkan daya tahannya. Hanya perlu
diingat bahwa yang paling baik ialah memakai vitamin alamiah, seperti
yang terkandung dalam buah dan sayuran segar. Sedangkan air yang
diminum harus yang steril, aman dari kuman, seperti air mineral yang
benar memenuhi syarat sebagai air mineral. Boleh juga air biasa yang
selalu sudah direbus lebih dulu. Lebih kurang 60% dari bobot badan kita
berupa air atau cairan. Itu berarti kita harus minum air lebih banyak
daripada unsur makanan yang lain. Orang yang sedang sakit dan terpaksa
minum obat, malah harus minum air lebih banyak lagi. Penderita
“penyakit” sulit buang air, bisa tertolong dari penderitaannya dengan
setiap hari minum 2 – 3 gelas air putih sebelum pergi ke belakang.
Konsumsi protein pada orang dewasa dan lansia juga perlu dikurangi,
meskipun tidak sebanyak pengurangan karbohidrat dan lemak. Cara
mengurangi protein ini ialah dengan mengganti menu makanan sumber
protein hewani dengan makanan sumber protein nabati, yang kadar
proteinnya kurang atau hanya sedikit. Misalnya, kacang-kacangan, tahu,
dan tempe.
5. Berolahraga secara teratur sesuai kemampuan
Berolahraga bertujuan memperlancar peredaran darah, dan mempercepat
penyebaran impuls urat saraf ke bagian tubuh atau sebaliknya, sehingga
tubuh senantiasa bugar. Banyak orang berpendapat, tanpa olahraga pun
kita sebenarnya juga sudah bergerak badan mirip olahraga, kalau
melakukan pekerjaan fisik sehari-hari seperti menyapu lantai,
membersihkan rumah, mencuci, dan menjemur pakaian. Tetapi apakah
“olahraga” semacam ini dapat kita lakukan secara teratur dan
berkesinambungan? Itu masalah tersendiri! Diperlukan kemauan yang kuat,
berdasarkan keyakinan bahwa olahraga itu mutlak perlu agar badan tetap
bugar, karena peredaran darah diperlancar tadi. Pada gilirannya ini
dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Para penderita tekanan darah
tinggi, penyakit jantung, infeksi paru-paru, dan kencing manis,
hendaknya berkonsultasi ke dokter dulu untuk mengetahui jenis olahraga
apa yang cocok. Biasanya olahraga yang intensitasnya rendah dan
dilakukan tidak terlalu lama.
Orang normal yang tidak mengidap penyakit, sangat baik memilih
olahraga yang kapasitas aerobiknya tinggi seperti renang, aerobik yang high
impact, naik sepeda stasioner, dan joging.
6. Selalu menjaga kebersihan
Lingkungan bersih di rumah, halaman, dan kompleks hunian memberi
suasana segar dan nyaman. Sebuah penelitian di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa kelompok rumah yang mempunyai halaman dan lingkungan
tertata baik, hijau, dan asri, mempunyai persentase kesehatan
penghuninya jauh lebih baik daripada kelompok rumah miskin tanaman.
Lingkungan bersih membuat tubuh kita juga bersih, baik jasmani
maupun rohani. Kondisi ini mampu mencegah penyakit jasmani seperti
infeksi kulit, alergi debu, flu, bronkitis, dan “penyakit” rohani
seperti stres, frustrasi dan depresi, biang kerok menurunnya sistem
kekebalan tubuh.
7. Meluangkan waktu untuk bersantai
Meluangkan waktu tidak berarti minta istirahat lebih banyak daripada
bekerja produktif sampai melebihi kepatutan. Tidak! Meluangkan waktu
untuk istirahat itu sebentar saja, dan ini perlu, untuk setel
kendo sejenak di antara ketegangan jam sibuk bekerja sehari-hari.
Ini perlu dilakukan secara rutin. Bersantai juga tidak berarti harus
melakukan rekreasi yang melelahkan, tetapi cukup berkumpul membicarakan
masalah keseharian dengan rekan sekantor, tetangga atau keluarga di
rumah. Bukan tidak mungkin, mereka dapat membantu memecahkan masalah,
atau setidak-tidaknya meringankan beban pikiran. Bersantai seorang diri
dengan merenung dan mawas diri juga perlu. Makin sering dan rutin ini
dilakukan, makin bagus keseimbangan jiwa kita. Tidur nyaman juga bentuk
bersantai seorang diri. Stamina akan pulih dengan cepat, dan
keseimbangan hormon dalam tubuh juga cepat tercapai.
Tubuh letih dan pikiran kusut kalau dibiarkan berkepanjangan (sampai
dibawa ke kamar tidur), akan menurunkan daya kerja sistem kekebalan
tubuh. Pada gilirannya memudahkan serangan penyakit.
8. Back to nature
Trend pada awal dekade 1990-an di negeri Barat ini
dilandasi pengalaman bahwa gaya hidup pada zaman modern mendorong orang
mengubah kebiasaan makan, seperti misalnya lebih sering menyantap
makanan kalengan, sambal botolan, atau buah awetan. Juga jarang
bergerak badan karena kemudahan memakai alat bantu rumah tangga,
seperti mencuci pakaian dengan mesin cuci, menyapu lantai dengan
penyedot debu, bepergian dengan kendaraan, padahal cuma dekat dan lebih
sehat dilakukan dengan jalan kaki. Tubuh kita jadi manja, karena
jarang bergerak, sehingga mudah sakit karena lembek. Sebaliknya,
seorang pendekar silat, walaupun hidup di tengah zaman modern, selalu
sehat tubuhnya karena masih sering berjalan kaki, latihan rutin dengan
menggerakkan badan, dan tidak memakai alat bantu hasil teknologi modern
yang membuat orang jadi lembek.
Untuk kembali dekat dengan alam, kita bukannya harus ikut menjadi
pendekar silat, tetapi setidak-tidaknya menghindari bahan makanan
kalengan, dan malah memperbanyak makan sayuran dan buah yang segar.
9. Mengolah pernapasan
Mengolah pernapasan berarti mengatur cara dan frekuensi bernapas
agar lebih efisien. Dengan menghirup udara (oksigen) perlahan-lahan
dalam hitungan 15 kemudian melepaskannya kembali pelan-pelan juga dalam
hitungan 15, kita bisa menahan oksigen dalam badan lebih lama daripada
biasanya. Oksigen akan dipakai oleh organ tubuh secara efektif,
walaupun jumlahnya cuma sedikit. Selama ini kita bernapas dengan
frekuensi yang tidak teratur. Kadang lambat, kadang cepat. Oksigen yang
diirup juga cepat keluar lagi. Belum sampai dimanfaatkan dengan baik,
sudah keburu keluar. Dalam satu menit kita benapas lima kali atau
lebih.
Tetapi, dengan latihan teratur frekuensi bernapas itu bisa kurang
dari lima kali dalam semenit. Setiap kalinya selalu dalam, dan berdaya
guna. Akibatnya, oksigen yang dihirup cukup sedikit saja, tetapi sudah
efektif. Organ tubuh akan menyesuaikan diri dengan ketersediaan oksigen
yang sedikit ini, dan itu justru menguntungkan tubuh. Sebab, dengan
oksigen sedikit, tetapi toh sudah efektif itu, tubuh tidak kebanjiran
hasil pernapasan berupa CO2 banyak-banyak, yang tidak baik
bagi kesehatan.
10. Menggemari bacaan kesehatan
Ungkapan “Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta”
sangat pas untuk menyindir orang yang ingin tubuhnya sehat, tetapi
tidak mau bersusah payah mendekati bacaan tentang kesehatan. Kalau
dekat, kita akan tahu seluk-beluk kesehatan itu lebih baik, dan
kemudian dapat memakainya untuk menyusun siasat menghindari gangguan
penyakit. (Nur Khalis) Sumber : Intisari
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar