Jumat, 08 Juli 2011

Pantai Dato Majene



Pantai Dato adalah salah satu obyek wisata alam yang sangat menarik di Majene Sulawesi Barat , selain itu ditemukan juga obyek wisata alam lainnya seperti Puncak Salabose, Pantai Barane, Air terjun Malle, Pantai Baluno, Pantai Pacitan, Air Terjun Limboro, Pasir Putih Bonde bonde, Permandian Air Panas Makula serta Obyek wisata sejarah Makam Raja-raja Banggae.

Pantai Dato IndotimnetPantai Dato, Majene terbagi 2 bahagian yaitu pantai yang berpasir putih dan pantai beralaskan karang. Karang yang menjorok kelaut atau karang yang berlubang karena hantaran ombak menambah keunikan dan keindahan pantai dato, Meniti pinggiran tebing menuju puncak karang merupakan suatu tantangan yang sangat mengasikan. dari puncak karang kira2 ketinggian 20 Mtr, melongok kebawah sampai penembus permukaan air laut yang sangat jernih untuk melihat ikan yang bermain diantara terumbu karang. Pada senja hari tampak matahari kembali ke peraduannya di balik bukit nun jauh. Sangat indah, tapi sayang , lokasi ini nampaknya belum menjadi perhatian dari pemerintah setempat (2009).
Menuju kelokasi ini menggunakan kendaraan darat pribadi atau carteran , kira 15 menit dari kota Majene. Jalannya cukup mulus, menyisir hutan kecil dan kebun para penduduk. Sampai di tempat parkiran menuju pantai harus menuruni tebing setinggi 30 meter melalui anak tangga batu.

Pasir Putih Bonde-bonde
Permandian Air Panas Makula di Kecamatan Sendana
Permandian Air Panas dengan lokasi yang sangat nyaman karena berada dibawah rindang pepohonanan, Selain itu airnya dipercaya bisa menyembuhkan penyakit kulit dan menyegarkan badan

Air Terjun Limboro
Desa Tallu Banua Kecamatan Sendana yang memiliki panorama alam yang indah

Pantai Pacitan di Pangaliali Kecamatan Banggae, Wisata Bahari Pantai Pacitan sangat representatif untuk menikmati indahnya sunset dan aktivitas nelayan penangkap ikan,

Pantai Baluno di sedana Wisata Pantai lengkap dengan sarana penunjang seperti warung makan yang beroperasi selama 24 jam dan penginapan yang cukup representatif,

Air terjun Malle di Kelurahan Baruga Dhua Kecamatan Banggae Timur Air terjun dengan pemandangan yang indah, dengan udara yang sejuk dan bersih,

Puncak Salabose
Pantai Barane Pantai Pasir Putih dengan panjang pantai yang landai serta cukup nyaman untuk bersantai, berenang di laut maupun aktifitas lainnya

Makam Raja-raja Banggae, Kompleks makam raja – raja banggae terletak di puncak bukit, selain melihat makam raja – raja di lokasi ini juga bisa menikmati pemandangan kota Majene dengan hamparan laut birunya.

Atraksi wisata seperti Lomba Perahu Sandeg, Upacara Adat Mandar, Tarian Etnis Mandar-Majene, Pelayaran Rakyat dan pembuatan minyak kelapa mandar di Kabupaten Majene Sulawesi Barat./ akata-post

Pantai Palippis

Pantai Palippis dikenal dengan keindahan panorama alam laut yang sangat eksotis. Pantai Palippis yang terletak di jalan poros Provinsi Sulawesi Barat , tepatnya di Desa Bala Kecamatan Balanipa ini sekitar 20 Km dari ibu kota Kabupaten Polewali Mandar, selain hamparan pasir putih yang memanjang, di sepanjang pantai tampak juga keindahan alam perbukitan dan batu karang dengan tebing dan goa alam di Lawuang yang memanjang dan bersambung dengan pantai Palippis (kurang lebih sepanjang tiga kilo meter) , di kawasan ini dapat juga ditemukan tebing karang yang menyerupai ngarai, gua kelelawar yang terletak di atas bukit yang membentang tidak jauh dari bibir pantai.

Pulau Pulau
Kabupaten Polewali Mandar, sebagai kabupaten yang memiliki kekhasan kebudayaan maritim dilengkapi dengan pulau – pulau yang bertebaran di sepanjang pantai Polewali. Tercatat sedikitnya ada 6 pulau – pulau kecil mulai dari Pulau Battoa, Pulau Tangnga, Pulau Tosalama’, Pulau Gusung Toraja dan Pulau Karamasang serta Pulau panampeang yang bisa dijangkau dengan menggunakan kendaraan perahu motor milik warga yang menjangkar di Kecamatan Binuang dan Kecamatan Polewali dengan jarak tempuh sekitar setengah jam perjalanan. Yang menarik dari pulau ini, selain keindahan alamnya, beberapa diantaranya pulau – pulau ini hingga kini belumlah berpenghuni.sehingga cukup refresentatif untuk ditemapti bersantai atau rekreasi bersama keluarga ditemani semilir angin laut dan debur gelombang yang lembut, tenang dan bersahabat seraya memancing, berjemur dan berenang.

Selain beberapa diantara pulau ini tidakberpenghuni, khusus pulau – pulau yang berpenghuni juga menawarkan beragam aktivitas masyarakat khas masyarakat pesisran yang menarik dan selalu tampil dengan seulas senyum ramah menyambut siapa saja yang datang bertandang ke tempat ini. Belum lagi flora dan fauna laut yang juga menawarkan keindahan tersendiri.ditambah dengan belantara hutan bakau yang beberapa diantaranya meliuk dan menambahkeindahan bibir bantai pulau-pulau

Sebelum mencapai pulau – pulau ini, utamanya jika perjalanan laut yang ditempuh menyusuri pesisir pantai dan dimulai dari Kecamatan Polewali, selain aktivitas penagkapan ikan secara tradisional akan banyak ditemui, pemandangan bangang yang berdiri tegak diatas permukaan lautpun akan banyak dijumpai. Termasuk aktivitas penambak rumput laut yang bertebaran di sepanjang pantai. Seakan menegaskan, betapa karibnya masyasarakat sekitar pulai ini dengan laut. Sebagai tempat mereka untuk menafkahi hidup dan mengisi waktu dalam kehidupan mereka

Aktivitas lainnya yang juga akan sangat banyak ditemui disepanjang perjalanan menuju pulau – pulau tersebut, adalah beberapa warga masyarakat yang mencari nafkah dengan menagkap ikan menggunakan jala atau alat pancing dari atas perahu – perahu tradisional milik mereka. Sehingga, selain keindahan alam laut yang akan kita temui dalam perjalanan menyusuri pulau – pulau ini , kita juga akan diperkenalkan dengan beragam jenis perahu – perahu tradisional masyarakat sekitar pulau ini. Mulai dari soppe – soppe, lepa –lepa, ba’go dan lain sebagainyayang kesemuanya itu mereka gunakan untuk mencari nafkah di lautan.[polewalimandarkab.go.id]

Mandar Traditional Dress

Penulis Siti Dloyana Kusumah

Suku Bangsa Mandar terbilang penduduk asal di propinsi Sulawesi Selatan, dan mempunyai peranan sama pentingnya dengan tiga suku bangsa lainnya yaitu Bugis, Makassar dan Toraja. Orang-orang Mandar menempati wilayah administratif kabupaten Mamuju, kabupaten Majenen dan kabupaten Polewali Mamasa (Polmas). Menurut catatan sejarah, pada abad ke-XV wilayah Mandar ini meliputi Kerajaan Balanipa, Majeng, Pembauang dan Cenrana di pantai utara Teluk Mandar, serta wilayah di bagian utara Selat Makassar. Jadi tidak mengherankan apabila masyarakat suku bangsa Mandar mempunyai tradisi berbusana yang sangat indah dan mencerminkan kebesaran suku ini di masa silam.

Dalam kehidupan sosialnya, masyarakat Mandar sangat memperhatikan ketentuan adat dan tradisi yang telah dijalani selama berabad-abad lamanya. Salah satu contoh yang tetap bertahan hingga kini antara lain adalah tata cara berbusana. Masyarakat Mandar sangat membedakan busana untuk anak-anak, remaja dan orang tua, begitu pula busana rakyat biasa dengan kalangan bangsawan akan berbeda.

Dalam berbusana , wanita Mandar akan mengenakan sarung sutera berwarna hitam atau putih. Ciri khas sarung tenun Mandar adalah motif kotak-kotak besar dan kecil dengan hiasan warna emas pada garis-garisnya. Bajunya kebaya pendek berlengan tiga oerempat, terbuat dari bahan sutera atau kain halus lain tetapi tidak tembus pandang, dengan ukuran panjang melampaui pinggul atau kurang lebih lima centimeter di bawah pusar. Hiasan yang mempercantik penampilan adalah penambahan kepingan-kepingan logam warna emas di seluruh pinggiran kebaya atau kepingan-kepingan bulat di seluruh permukaan kebaya.

Kelengkapan busana lainnya adalah penggunaan sehelai selendang tipis yang ujung-ujungnya dihiasi dengan bundaran-bundaran emas atau perak. Tali ikat dari kain yang berfungsi untuk mengencangkan lilitan sarung, kipas dan berbagai perhiasan dari emas. Dalam kesempatan menghadiri upacara adat, wanita Mandar pada umumnya mengenakan perhiasan meliputi, kalung emas yang berjuntai agak panjang, dengan hiasan liontin atau medalion besar. Gelang berukuran besar yang dipakai masing-masing lima buah di tangan kanan maupun di tangan kiri. Pada bagian pinggang, setelah mengencangkan lilitan sarung dengan tali kain, kemudian ditutup dengan pending yang terbuat dari logam berwarna emas dengan gesper berhias di bagian depan.

Untuk tata rias rambut dan kepala, wanita Mandar membuat sanggul yang letaknya agak rendah dengan hiasan tusuk sanggul emas dan kembang goyang, Namun dalam keadaan yang lebih resmi, tata rias rambut dan kepala akan ditambah dengan beberapa aksesori seperti, rambut ditata dengan model sasak sedikit tinggi (sigara). Ada pula sanggul agak rendah, berhias tusuk konde dan di bagian pelipis kanan diselipkan serangkaian kembang goyang berwarna emas. Sederet bunga serampa dan bunga seruni menghiasi seputar sanggul. Untuk wanita yang usianya agak tua, menggunakan giwang emas berukuran besar dan di antara lubang telinga dengan giwang diselipkan sejumput kapas putih, adapun wanita muda umumnya lebih menyukai anting-anting yang berderet-deret dan menjuntai di kedua telinganya. Semua kalangan masyarakat Mandar, tua maupun muda, menggunakan alas kaki berupa selop atau sepatu pantovel berwarna hitam.

Busana pria Mandar lebih sederhana karena hanya terdiri dari baju jas tutup terbuat dari bahan sutera bercorak bebas dengan warna hitam atau warna cerah. Paduannya kain sarung tenun Mandar atau seringkali ada yang memakai celana panjang kemuidian ditutup dengan sarung hingga sebatas lutut. Untuk penututp kepala, pria Mandar menggunakan kopiah atau lazim disebut songkok tobone dengan warna yang serasi antara baju bagian atas dengan jas atau sarungnya.

Pria Mandar melengkapi busananya dengan melekatkan rantai emas yang diberi liontin atau medalion dari taring macan bahkan bisa juga terbuat dari taji ayam. Hiasan tersebut diselipkan sebagian di saku jas tutupnya dan sebagian lagi dibiarkan menjuntai ke luar. Alas kaki yang dipakai biasanya sepatu pantovel atau sandal yang dibuat dari kulit. akata-post http://tamanmini.com